Ibu,
kemarin aku rindu, hari ini juga, esok dan seterusnya juga akan begitu. Ibu jarakku
dan jarakmu memang tak dekat, waktuku dan waktumu memang singkat, pertemuanku
dan pertemuanmu tak panjang. Tapi rindu dan doaku tak pernah henti terucap.
Ibu, aku
tertatih. Aku berjuang melawan perih, tentu tak sebesar perih pengorbananmu
untuk kami anak-anakmu. Ibu, kami tahu kau lelah. Tapi demi kami kau kuatkan
dirimu seribu kali, agar kau bisa menguatkan kami jutaan kali.
Ibu,
maafkan aku jika terkadang aku lelah, aku terlalu sibuk dengan duniaku, dengan
teman-temanku, dengan pekerjaanku. Namun disela sibukku tak lupa ku sebut
namamu dalam doaku. Berharap Tuhan kita bermurah memanjangkan umurmu,
menyehatkan ragamu, membahagiakan jiwamu, menjagamu sebaik mungkin selagi aku
tak di sampingmu.
Ibu,
kenangan-kenangan masa kecil itu kembali berkelebatan bagai kaset rusak yang
diputar ribuan kali, namun berapa kalipun diputar akan selalu menyenangkan dan
aku tak akan keberatan. Bagiku segala sesuatu yang ku lalui bersamamu selalu
indah.
Ibu,
maafkan jika putri bungsumu yang bandel ini sama sekali belum bisa
membahagiakanmu atau malah sering menyusahkanmu. Ah, kau bahkan tak pernah
mengeluh apapun tentang itu.
Ibu, tahukah
kamu? Kau ibu terbaik nomor satu di dunia dan tiada duanya. Dan aku rindu
“Ingin ku
dekap dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku
tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa
baluri sekujur tubuhku
Dengan apa
membalas, Ibu
Seperti udara
kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas. Ibu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar