Hei,
bagaimana kabarmu hari ini? pasti masih bahagia. Duh, bodohnya aku yang
menginginkanmu bersedih lantas mendatangiku untuk bertukar cerita atau hanya
sejenak numpang melipur lara. Maaf, maaf aku tidak bermaksud. Aku turut
berbahagia jika kau bahagia. Bukankah itu dulu selalu menjadi doaku? Bahwa
bahagiamu adalah prioritasku. Meski aku lupa meminta kepada Tuhan agar akulah
sebab bahagia itu, yasudahlah apa boleh buat yang penting kamu tetap bahagia.
Bagaimana
kabarku? Tentu saja aku tak sebahagia saat dulu bersamamu. Kamu tanya kenapa?
Ehm, kenapa ya mungkin karena cuma kamu bahagiaku. Tidak, aku tidak bercanda.
Kau bahkan masih sama seperti dulu tak bisa membedakan kapan aku serius dan
kapan aku bercanda. Kali ini aku serius. Kabarku tak sebaik dulu saat
bersamamu. Aku kini menjadi sedikit lebih rapuh, perindu berat dan mudah lelah.
Kau tanya siapa yang kurindukan? Aduuuh, kamu aneh sekali kan tadi sudah ku
bilang itu kamu. Ah sudahlah lupakan.
Bagaimana
kabar dia? Sempurnakah dia untukmu? Atau kau juga tahu bahwa dia tak sempurna
lantas kau menyempurnakannya? Kalian memang pasangan yang cocok. Tidak seperti
saat bersamaku dulu. Iya maaf, lagi-lagi mengungkit masa lalu. Aku masih saja
mudah terbawa perasaan. Baiklah, aku memang rindu tapi hatiku sudah terlalu
lelah menunggu. Aku lepaskan kau dengan penuh ikhlas untuknya. Cintai dia lebih
besar bahkan daripada cintamu dulu padaku, bahagiakan dia, jangan buat dia
menangis sekalipun, jaga dia dan hei selalu belajarlah jadi imam yang baik.
Jangan lelah ya, biar aku saja yang lelah.